.. إِنَّكَ لا تَهدى مَن أَحبَبتَ وَلٰكِنَّ اللَّهَ يَهدى مَن يَشاءُ ۚ وَهُوَ أَعلَمُ بِالمُهتَدينَ ..

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (AlQasas 28: 56)

Live Streaming

Bismillahirrohmaanirrohiim

"Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang
belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai
engkau mengamalkannya."
...Abud Darda' Radhiallahu anhu...

19 February 2012

Sakit Yang Harus Diberitahukan Kepada Calon Suami

Sakit Yang Harus Diberitahukan Kepada Calon Suami


 Sebenanya aturan ini berlaku baik bagi laki-laki maupun wanita. Setiap insan yang sedang meminang atau dipinang calon pasangan hidupnya. Pada proses ini masing-masing akan menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan. Termasuk diantaranya, kondisi kesehatan yang sedang dialaminya.

 Nah.. bagaimanakah batasan sakit yang wajib dinformasikan oleh masing-masing pihak, agar tidak dianggap telah mengelabuhi calon pasangan hidupnya? Mari kita simak uraian berikut:

 Sebuah pertanyaan dilayangkan kepada seorang ulama Aljazair, Syaikh Muhamad Ali farkus;
 Saya memiliki saudara perempuan yang saat ini sedang dikhitbah oleh seseorang. Sementara dulu saudari saya ini pernah sakit. Dokter menyampaikan bahwa dia boleh menikah, hanya saja dia tidak bisa sembuh sempurna dari penyakitnya. Terkadang sakitnya itu kembali kambuh sejak masa pertumbuhannya. Apakah dia wajib mengabarkan kepada calon suaminya?

 Jawaban:
 Jika penyakit yang dia derita sifatnya kronis (lama untuk sembuh) maka wajib diberitahukan kepada calon suami, agar tidak dianggap menipunya. Jika calon suami bersedia menerima sakit yang ada pada istrinya maka dia harus membantu proses pengobatan, disamping wajib memberikan nafkah yang harus dia tunaikan untuk istrinya. Jika calon suami ini tidak bersedia, semoga Allah memberikan untuk wanita ini ganti yang lain, semala dia mau jujur dan terbuka kepada yang lain.

Sikap semacam ini termasuk sikap yang dicintai Allah, sebagaimana yang Allah nyatakan dalam firmannya: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)

 Kemudian, apabila penyakitnya sudah sembuh sempurna, dalam kondisi ini dia tidak wajib menyampaikan penyakit yang pernah dia derita dan telah sembuh. Jika sakitnya itu insidental dan tidak kronis maka tidak perlu menyampaikan hal ini kepada calon suaminya, karena sakit ini bisa segera sembuh. Seperti pilek atau semacamnya. Karena manusia sudah terbiasa dengan sakit yang sifatnya insidental dan tidak menaun. Sementara kaidahnya: kebiasaan masyarakat bisa menjadi standar. Allahu a’lam 

*** muslimah.or.id Diterjemahkan dari kitab: Al-Adat Al-Jariyah fi Al-A’ras Al-Jazairiyah, hlm. 101 – 102 oleh Ustadz Ammi Nur Baits

Baca selanjutnya...

14 February 2012

Najiskah Kencing Bayi?

Posting kali ini ana mengutip dari majalah Al-mawaddah edisi syawal 1432 H, rubrik ulama berfatwa(halaman 42) yang disampaikan oleh ustad Mukhlis Abu Dzar.

 Soal : Assalamualaikum, ustadz. Ana mau bertanya, apakah air seni si kecil yang usianya masih 1 bulan najis?

 Jawab:
 Wa'alaikum sallam. Lajnah Da'imah pernah ditanya,"Ketika seorang wanita melahirkan bayi laki-laki atau perempuan, selama dalam asuhannya bayi itu selalu bersamanya dan tidak pernah berpisah, sehingga terkadang pakaiannya terkena kencing si kecil.Apakah yang harus ia lakukan saat itu, dan apakah ada perbedaan hukum pada kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan dari sejak lahir hingga umur dua tahun lebih? Inti pertanyaan ini adalah bersuci dan sholat, serta kerepotan untuk mengganti pakaian setiap waktu. Lajnah menjawab,'Cukup membasahi dengan air pada pakaian yang terkena air kencing bayi laki-laki jika ia belum mengkonsumsi makanan. Jika telah mengkonsumsi makanan, maka pakaian yang terkena air kencing itu harus dicuci. Adapun jika bayi perempuan, maka pakaian yang terkena air kencingnya harus dicuci, baik sudah mengkonsumsi makanan atau belum. Ketetapan ini bersumber dari hadis yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan selainnya. Sedangkan lafalnya adalah milik Abu dawud. Abu Dawud telah mengeluarkan hadist ini dalam kitab sunan-nya dengan sanadnya dari ummu Qubais Bintu Mihsan," Bahwa ia bersama bayi laki-lakinya yang belum mengkonsumsi makanan datang kepada Rasululloh, lalu Rasululloh mendudukkan bayi itu didalam pangkuanya. Bayi itu kencing pada pakain beliau, maka Rasululloh minta diambilkan air, kemudian membasahi pakaian itu dengan air tanpa mencucinya." Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majjah dari Rasululloh, bersabda,"Pakaian yang terkena air kencing bayi perempuan harus dicuci, sedang pakaian yang terkena iar kencing bayi laki-laki cukup diperciki dengan air." Dalam riwayat lain menurut Abu Dawud," Pakaian yang terkena air kencing bayi perempuan harus dicuci,sedangkan kain yang terkena air kencing bayi laki-laki haya diperciki dengan air jika belum mengkonsumsi makanan." ( Fatwa Lajnah Da'imah lil Bhuts a-'Ilmiyyah Wal Ifta':5/368)

Baca selanjutnya...

11 February 2012

Cerita Ketulusan Cinta

style="font-size: large;">Cerita Ketulusan Cinta 
Oleh: Ustd Abu Ammar Al-Ghoyami

Sulit rasanya mempercayai pernyataan iistri atau suami  bahwa ia tidak mencintai pasangannya. Sebab kenyataan banyak pasutri yang tidak lagi bisa memahami apa itu cinta.

Sebagaimana kenyataan yang ada sebagai episode sandiwara bumi telah membuktikannya. Saat cinta itu ada, tidak semua yang memilikinya memahami hakekat cinta. Tak semua suami atau istri tahu bahwa ia telah dibuai cinta.
Di sisi lain, betapa banyak rumah tangga yang berdiri kokoh  dan tidak dibangun atas dasar cinta. Dan memang sebuah rumah tangga tak selamanya harus dibangun atas dasar "cinta". Bisa saja cinta belum sempurna tunasnya disaaat sebuah rumah tangga dimulai pembangunannya. Namun siapa sangka tumbuhnya cinta tak sebanding dengan lamanya masa. Sebelum bangunan rumah tangga sempurna terkadang cinta justru telah melejit mendahuluinya dan telah begitu jauh sempurna.

Tentang hal ini, copbalah perhatikan cerita ketulusan cinta yang tak pernah diduga-duga pemiliknya.


Suatu ketika Rasululloh berselisih pendapat dengan istrinya, Aisyah. Perselisihan tersebut sempat membuat Aisyah marah. Adalah rasululloh tatkala ingin melipurnya, beliau kemudian berkata kepadanya,"Siapakah yang akan menjadi hakim untuk perselisihan kita ini?".Dan Aisyahpun menginginkan ayahnya Abu Bakar yang menjadi hakimnya. Maka Rasulolloh memerintahkan seorang sahabatnya uintuk memanggil Abu Bakar As- Shidiq. Di saat Abu Bakar sampai dihadapan mereka berdua, Rasululloh kemudian berkata kepada Aisyah,"Engkau atau aku yang akan menceritakan permasalahan kita kepada Abu Bakar?"
Aisyahpun menjawab," Engkau saja yang menceritakan!"

Rasulullohpun kemudian menceritakannya kepada Abu Bakar as shidiq. Namun sebelum Rasululloh selesai bercerita, tiba-tiba Aisyah berkata,"Putuskanlah dengan keadilan atau kejujuran, atau dengan kebaikan lainnya..."

Mendengar perkataa putrinya, Abu Bakarpun merasa kesal. sebab perkataan tersebut terasa meremehkan Rasululloh yang sedang bercerita.Maka iapun menampar wajah putrinya, hingga hidungnya berdarah, " Bodoh, siapa yang daopat berbuat adil jika bukan Rasululloh?"
Begitu melihat keadaan Aisyah, Rasululloh langsung mendekatinya kemudian membersihkan hidungnya dengan air. Setelah itu Rasululloh berkata kepada abu Bakr," Bukan ini yang kami inginkan!"
>Allohu Akbar, siapa yang bisa memahami kalau itulah ketulusan cinta?
Disebutkan didalam kitab sejarah, bahwa setelah Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi memeluk islam, ia menolak untuk berdekatan dengan istrinya. Bahkan ia mengatakan kepada istrinya,"Sekarang engkau telah haram bagiku" Istrinyapun bertanya, "mengapa?"Ath-Thufail menjawab," karena aku telah memeluk islam." Istrinyapun kemudian berkata,"Aku adalah bagian darimu dan engkau adalah bagian dariku, agamaku adalah agamamu." Kemudian iapun turut memeluk islam. Bisakah kita memahami bahwa itulah ketulusan cinta?.
Disebutkan dalam kitab sejarah pula, bahwa setelah perang uhud, para sahabat kembali dengan membawa para syuhada. Mereka kembali melewati tempat Himnah Bin Jahsy. Diantara para syuhada adalah putra Himnah bin Jahsy dan suaminya. Tatkala Himnha bin Jahsy memeriksa satu per satu, ia bertanya kepada para sahabat,"siapakah orang ini?." Para sahabatpun menjawabnya. Himnahpun mengatakan,"Innalillahi wainnailaihi rooji'uun." Dan disaat tiba yang ditanyakan ialah tiga putranya, iapun berkata denga perkataaan yang sama. Namun tatkala yang ditanyakan ternyata suaminya, Mush'ab bin Umair, yang telah mati syahid, maka seketika Himahpun menjerit dan menangis. Sampai Rasululloh berkata," Sesungguhnya keberadaan seorang suami sangat berarti bagi istrinya." Allohu Akbar.
Tak kalah menarikya ialah cerita ketulusan cinta berikut ini. Suatu hari, ada seorag istri muslimah yang taat. Dia memegangi syariat berhijab dengan baik, sehingga menutup wajahnya dari laki-laki yang bukan mahromnya. Suatu saat ia menuntut suaminya untuk memberikan beberapa haknya, tetapi suaminya mengingkarinya. Akhirnya istri inipun mengadukan hal ini kepengadilan agama. Pada saat sidang, hakim berkata kepada si istri," Engkau harus meghadirkan beberapa orang saksi.">Tatkala paras aksi telah hadir, hakimpun berkata kepada sisitri,"Sejarang bukalah cadarmu agar para saksi bisa mengenalimu."
Melihat si istri akan membuka cadarnya dihadapan para saksi dan laki-laki lainnya yang tidak halal melihat kecantikannya, suaminya tiba-tiba mengatakan,"Tidak, wahai hakim! jangan Anda meminta istri saya membuka cadarnya. Baiklah saya mengaku telah menahan hak-haknya."

Mendenger pernyataan suaminya tersebut, si istri kemudian langsung berdiri lalu beranjak menuju suaminya dan duduk disampingnya, dan berkata kepada hakim," Aku bersaksi kepada Anda wahai hakim, aku telah melepas hak-hakku dari suamiku, dan aku telah membebaskanya dari tuntutanku."
Hakimpun lalu berkata,"Tulislah hal ini didalam bagian makarimul akhlaq ( akhlak-akhlak yang terpuji)." Masya Alloh.
Benar-benar sebuah ketulusan cinta. Tetapi siapa yang telah mengetahuinya?
Boleh saja seorang istri megatakan," Aku tidak mencintai suamiku!" Boleh saja suami mengatakan, "Aku tidak mencintai istriku" Namun tentunya boleh juga kita mengatakan "Bagaimana kalau aku tidak percaya?"

>Pasalnya siapa yang akan mengingkari cerita-cerita diatas adalah cerita cinta?Ya , memang benar itulah cinta.
Jadi apa yang mendorong suami untuk ingin segera pulang menemui istrinya bila bukan cinta? Apa yang menjadikan istri meras gundah dan khawatir saat suaminya belum juga pulang kalau bukan cinta? Apapula yang menjadikan suami gundah dan khawatir saat istrinya dalam keadaan sakit bila bukan cinta.
Memang banyak suami atau istri memahami cinta lain dari yang kita sebutkan. Akan tetapi berapa banyak suami dan istri yang memahami cinta dengan pemahaman lain, yag mengatakan bahwa dirinya tidak mencintai pasangannya, namun saat istri atau suami sedang sakit, ia merasa sangat cemas, bahkan perasaaan itu seolah-olah hampir membunuhnya. Apalagi bila bukan karena Cinta?.
Maka sebagaimana kau mencintainya, yakinlah bahwa ia juga mencintaimu.
Diramu dari buku" Aurokul warod wa syaukatuhu fi buyutina"

Baca selanjutnya...

Labels

About This Blog

Followers

About

My photo
Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim)

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP