.. إِنَّكَ لا تَهدى مَن أَحبَبتَ وَلٰكِنَّ اللَّهَ يَهدى مَن يَشاءُ ۚ وَهُوَ أَعلَمُ بِالمُهتَدينَ ..

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (AlQasas 28: 56)

Live Streaming

Bismillahirrohmaanirrohiim

"Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang
belajar. Dan engkau tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai
engkau mengamalkannya."
...Abud Darda' Radhiallahu anhu...

26 November 2010

Abdurrahman Bin Auf Masuk Surga dengan Merangkak

Abdurrahman Bin Auf
Masuk Surga dengan Merangkak
Muhajir, Mujahid dan Saudagar yang Dermawan

Ketika ummul mukminin Aisyah mendengar suara hiruk pikuk kafilah diluar rumah, maka dia bertanya: “ apa yang sedang terjadi di Madinah” Ada yang menjawab:” Ini kafilah milik Abdurrahman Bin Auf yang baru datang dari Syam membawa barang dagangan miliknya.” Aisyah bertanya lagi, “ Kafilah membuat kegaduhan seperti ini?” Mereka menjawab:” Ya, wahai ummul mukminin, kafilah ini berjumlah 700 unta.” Ummul mukminin menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian berkata:” Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:” Aku bermimpi melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak”. Sebagian sahabatnya menyampaikan hal ini kepadanya. Ia teringat bahwa ia pernah mendengar hadist ini dari nabi lebih dari sekali, dan dengan lafadz yang berbeda-beda. Iapun melangkahkan kakinya menuju rumah ummahatul mukminin Aisyah dan berkata kepadanya,” Sungguh engkau telah menyebutkan sebuah hadist yang tidak akan pernah aku lupakan.” Kemudian ia berkata:” Aku bersaksi bahwa kafilah ini berikut muatan dan pelananya aku infakkan dijalan Allah.”





Muatan 700 unta itupun dibagi-bagikan kepada penduduk Madinah dan sekitarnya dalam “pesta besar”. Itulah Abdurrahman Bin Auf, seorang pedagang sukses, orang kaya raya, mukminin yang mahir, yang menolak jika kekayaannya itu menjauhkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Bagaimana tidak? Ia adalah salah seorang dari delapan orang yang lebih dahulu masuk islam, dan termasuk orang yang diberi kabar gembira dengan surga.

Ia berhijrah ke Habasyah, keudian kembali ke Mekkah, berhijrah lagi ke Habasyah untuk kedua kalinya dan kemudian berhijrah ke Madinah, dan Iapun mengikuti perang Badar, uhud dan semua peperangan.

Ketika Rasulullah mempersaudarakan kaum Anshor dan Muhajirin, beliau mempersaudarakan Abdurrahman Bin Auf dengan Sa’ad Bin Ar’Rabi. Sa’ad pernah menawarkan separuh hartanya dan salah satu istrinya kepadanya yang saat itu ia tidak punya apa-apa. Abdurrahman Bin Auf menjawab:”Semoga Allah memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Tunjukanlah kepadaku letak pasar!” lalu iapun pergi kapasar, membeli dan menjual(berdagang) dan iapun mendapatkan keuntungan.

Perdagangannya sukses lagi diberkahi, ia mencari yang halal dan menjauhi yang haram dan yang subhat. Dalam perdagangannya terdapat bagian yang sempurna untuk Allah yang disampaikan untuk keluarga dan saudara-saudaranya, serta untuk mempersiapkan pasukan kaum muslimin.

Ia pernah mendengar Rasulullah bersabda kepadanya pada suatu hari:” Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya kamu termasuk kaum yang kaya raya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Oleh karena itu pinjamkanlah suatu pinjaman kepada Allah sehingga Allah membebaskan kedua telapak kakimu.”(HR: Adalah Hakim). Sejak saat itu ia memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik.

Menangis karena Kaya
Suatu hari ia menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian membagikannya semua untuk keluarganya yaitu bani Zuhrah, untuk Ummahatul Mukminin dan kaum fakir dari kalangan kaum muslimin. Suatu hari ia memberikan untuk pasukan kaum muslimin sebanyak 500 kuda. Pada hari yang lain ia memberikan sebanyak 1500 unta. Ketika meninggal ia mewasiatkan sebanyak 50.000 dinnar dijalan Allah. Ia mewasiatkan untuk orang-orang yang ikut perang Badar yang masih hidup masing-masing 400 dinnar. Sampai-sampai Ustman Bin Affan mengambil bagiannya dari wasiat tersebuat seraya berkata:” Harta Abdurrahman adalah halal dan bersih dan menikmati harta tersebut menjadi kesembuahan dan keberkahan.”

Karena itu Dia berkata:” Penduduk Madinah semuanya adalah sekutu Ibnu Auf berkenanan dengan hartanya, karena sepertiganya ia pinjamkan kepada mereka, sepertiganya untuk membayarkan hutang mereka dan sepertiganya lagi ia sampaikan dan berikan kepada mereka.”

Suatu hari Abdurrahman Bin Auf dibawakan makanan untuk berbuka, karena ia berpuasa. Ketika kedua matanya melihat makanan itu dan mengundang seleranya, ia menangis seraya berkata:” Mus’ab Bin Umair gugur sebagai sahid, ia lebih baik daripada aku, Ia dikafani dengan selimut, jika kepalanya ditutup maka kakinya kelihatan dan jika kakinya ditutupi maka kepalanya kelihatan. Hamzah gugur sebagai syahid dan ia lebih baik dari pada aku, Ia tidak mendapatkan kain untuk mengkafaninya selain selimut. Kemudian dunia dibentangkan kepada kami sedemikian rupa. Aku khawtir jika pahala kami telah disegerakan kepada kami didunia.”

Pada suatu hari sebagian sahabatnya berkumpul untuk menyantap makanan dikediamannya. Ketika makanan dihidangkan dihadapan mereka, ia menangis. Mereka bertanya:” Wahai abu Muhammmad, apa yang membuatmu menangis” Ia menjawab:” Rasulullah telah meninggal dalam keadaan beliau beserta ahlil baitnya belum pernah kenyang makan roti gandum…aku tidak melihat kita diakhirkan, karena sesuatu yang lebih baik bagi kita.”

Demikianlah Abdurrahman Bin Auf sampai-sampai dikatakan, seandainya orang asing melihatnya sedang duduk diantara para pelayannya, maka ia tidak bisa membedakan ia diantara mereka.

Mudur Dari Pencalonan Kholifah

Ketika Kholifah Ummar Bin Khotob akan meninggal ia memilih enam orang sahabat rasulullah untuk memilih Kholifah baru, diantara mereka ialah Abdurrahman Bin Auf. Maka pada saat itu banyak jari yang menunjuk kearah Ibnu Auf. Ketika sebagian sahabat mendukungnya ia berkata;” Demi Allah mata anak panah diambil lalau diletakkan dikerongkonganku, kemudian diteruskan kesisilainnya, lebih aku sukai daripada menjadi kholifah.”

 Setelah itu ia memberitahukan kepada kelima saudaranya bahwa dirinya mundur dari pencalonan. Tetapi mereka berpendapat bahwa dialah yang menjadi hakim dalam memilih Khalifah. Dialah orang yang dinilai Ali Bin Abi Tholib:” sesungguhnya aku pernah mendengar mensifatimu sebagai orang kepercayaan dipenduduk langit dan orang kepercayaan dipenduduk bumi.” Lantas dengan persetujuan yang lain, iapun memilih Dzun Nurain, Ustman Bin Affan.

Saat Menjelang Ajal

Pada tahun 32 Hijriah, ketika ruhnya siap melakukan perjalanan baru, maka kedua matanya mengalirkan airmata, dan lisannya berucap:” Sesungguhnya kau takut tertahan untuk berjumpa dengan sahabat-sahabatku karena banyaknya harta yang aku miliki.” Tetapi Allah menurunkan ketentramannya, dan wajahnya berbinar-binar dengan cahaya, seolah-olah ia mendengar sesuatu yang menyejukan yang dekat dengannya. Sepertinya ia mendengar suara sabda Rasulullah dimasa lalu:” Adurrahman Bin Auf masuk surga.”

Sepertinya ia mendengar janji Allah dalam kitab suciNya:” Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti ( perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala disisi Rabb mereka dan tidak pila mereka bersedih hati.” ( QS: Al- Bakoroh : 262)

0 komentar:

Labels

About This Blog

Followers

About

My photo
Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')."(hadits shahih riwayat Muslim)

  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP